Jumat, 27 September 2019

Kapolri Tunjuk Waterpauw Jadi Kapolda Papua, Jangan Jadi Pemadam Kebakaran?


Jayapura | Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Tito Karnavian, kembali menunjuk putra Papua, Paulus Waterpauw kembali memimpin Polda Papua, untuk kedua kalinya. Ini tanggapan masyarakat di Papua.

Putra Papua, Beni Ruatakorey
Sebagai sesama putra Papua, Beni Ruatakorey kepada Kabar5.Id, Jumat 26 September 2019 Malam mengatakan kami mendukung Paulus Waterpauw memimpin Polda Papua. Namun apakah dengan kembalinya Waterpauw jadi Kapolda untuk kedua kalinya, dapat menjadi jalan enas menuju bintang tiga.

"sebagai sesama putra Papua, kami  mendukung sepenuhnya kaka Paulus Waterpauw pimpin Polda Papua untuk kedua kalinya. Dan semoga dengan penujukan Kapolri  kepada Paulus Waterpauw kembali pimpin Polda Papua ini, menjadi jalan emas bagi Paulus Waterpauw menuju bintang tiganya", kata Beni Ruatakorey.

Sebut Beni jangan dengan penunjukan Kapolri ini, mengibaratkan kaka kami Paulus Waterpauw dalam situasi Papua hari ini, sebagai pemadam kebakaran situasi Papua hari ini.

"jangan lewat penunjukan Kapolri ini, mengibaratkan kaka kami Paulus Waterpauw Kapolda Papua sebagai pemadam kebakaran di situasi Papua hari ini", Jelas Beni.

Beni pun menyebutkan Negara America bisa memberikan Jenderal bintang 4 kepada Colin Kodesperan Powell untuk memimpin perang badai gurun melawat Kuwait.

Mengapa Indonesia belum memberikan, jika belum ada bintang 4, berarti Indonesia masih menerapkan politik segregasi. Mengapa?, karena dalam catatan perjalanan karir sesorang di Kepolisian, ada yang memimpin 2 Polda di Indonesia, lansung bintang 4.

Sementara ada yang memimpin 4 kali  Polda di Indonesia, masih tetap bintang 2. Ujar Beni Ruatakorey.

Sembari meyakini, Beni menuturkan bahwa lewat Kepemimpinan Presiden Jokowi, dan Jenderal Tito Karnavian, yang dimasa kesetaraan ini, mampu memberikan yang terbaik bagi Papua.

Utamanya usai Paulus Waterpauw mengembang amanah sebagai Kapolda Papua, Paulus Waterpauw dapat dipercaya untuk  mengembang satu job setingkat Komisaris Jenderal Polisi di Indonesia. Pungkasnya.

(Richard Mayor)




Rabu, 25 September 2019

Peduli Kemanusiaan, GAMKI Merauke Salurkan Bantuan Bagi Korban Kebakaran di Asmat


Jayapura | Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia, DPC GAMKI Merauke, tergerak hati  memberikan bantuan kepada korban kebakaran di Kota Agats, Kabupaten Asmat, Papua.   

Bantuan GAMKI itu, berupa makanan dan pakaian dibawa dari Merauke ke Asmat menggunakan KM Sirimau.

Peduli Kemanusiaan, GAMKI Merauke Salurkan Bantuan Bagi
Korban Kebakaran di Asmat  
Menurut Ketua DPC GAMKI Merauke sebagai anak Tuhan merasa terpanggil untuk menolong sesama seperti tertulis dalam kitab Galatia 6:2, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”, serta tema nasional GAMKI sebagai spirit  bersama  kita yakni “Sejahterakan Kota Dimana Kamu Berada dan Doakanlah,” diambil dari Kitab Yeremia 29 :7.  

“kami GAMKI Merauke tergerak hati untuk langsung meninjau dan mengantar bantuan kepada sesama kami yang diterpa musibah kebakaran di Kota Agats, Kabupaten Asmat”, kata Ketua DPC GAMKI Merauke, Reinhard Taegernan, SH kepada Kabar5.Id, Kamis 26 September 2019.

Sebut Ketua GAMKI Merauke kejadian kebakarannya masih dalam penyelidikan pihak berwajib,  sebanyak 298 rumah warga hangus terbakar, sejumlah pertokoan dan kantor Perhubungan pun terbakar.  

Kerugian materil dari dampak kebakaran itu, sebut Reinhard mencapai ratusan juta miliar rupiah.

Sekedar diketahui peristiwa kebakaran di Kota Agats, Kabupaten Asmat, Papua, terjadi pada 17  September 2019 lalu.

(Richard Mayor)





Jumat, 13 September 2019

Upaya Kudeta Bagi RI 1 2019 Dengan Mengkambing Hitamkan Papua, Membuka Pintu Menuju Disintegrasi Bangsa, 'Akankah Berbuah Manis Bagi Rakyat Papua' ?".


"Upaya Kudeta Bagi RI  1 2019 Dengan Mengkambing Hitamkan Papua, Membuka Pintu Menuju Disintegrasi Bangsa,  'Akankah Berbuah Manis Bagi Rakyat Papua' ?".

-Oleh Bung Beny Wayangkau-

Jayapura | Seluruh Rakyat Indonesia baru saja melaksanakan pesta demokrasi di tahun ini,  dalam memilih para pemimpin bangsa baik Presiden dan Wakil Presiden serta wakil - wakil rakyat di parlemen, termasuk di Papua.     

Dalam waktu berselang tidak begitu lama, masih didalam kehangatan pemilu, bangsa Indonesia juga sedang merayakan hari bersejarah yaitu ulangtahun kebangsaan yang ke 74 Tahun, dengan suasana Gembira.  

Kader  GMKI Cabang Jayapura, Beny Wayangkau
Munculah sebuah tragedi kemanusiaan,  yang meluluhlantakan segenap alam pertiwi ini. Membahana secara nasional hingga internasional.     Hanya dengan ungkapan Kata "monyet”, serta tuduhan menjatukan bendera mera putih.    
  
 Peristiwa ini tidak kebetulan, tetapi sudah di rancang oleh sang arsitek dengan perhitungan yang matang, terukur, terstruktur dan  masif.     Sang Arsitek menggunakan wada - wada yang ada atau dengan lain kata memakai tangan orang untuk memukul.      

Pada sisih yang lain, sejarah perjalanan kelam  bangsa ini tercatat dengan rapih, bahwa bagaimana para pemimpin - pemimpin bangsa ini di KUDETA.  Dan bukan itu saja,  bahwa sejarah dunia juga mencatat perjalanan para pemimpin-pemimpin  dunia di KUDETA,  dengan berbagai cara dan strategi masing-masing sesuai peristiwanya guna merebut sebuah KEKUASAAN.     Mulai dari Abraham Lincoln, Muammar Khadafi, Gabriel Gersa Moveno,  Patricia Lummumba, Jhon F Kenedy, dan Bung Karno sang proklamator bangsa ini, serta Sang Apartheid  Hendrik Vermoerd.    

 Catatan hitam sejara bangsa Indonesia  dimulai dengan rencana KUDETA pada sang proklamator Soekarno, dari referensi-referensi yang saya pelajari ini, memberikan gambaran secara detil tentang “CUPCUDETA” merangkak ini.  Termasuk berbagai upaya pembunuhan yang di lakukan oleh pihak militer luar negri atau asing, degan berkolaborasi bersama anak- anak bangsa sendiri.   

Singkat cerita bahwa hasil dari upaya itu maka lahirlah orde baru dan memunculkan Istilah rrde lama.  Lembaran hitam generasi ke-I dalam kepemimpinan ini tidak berakhir di situ, tetapi terus di buka pada halaman-halaman berikutnya. Bahwa dari babak baru sebua orde itupun juga, menyimpan lembaran hitam kelam tentang KUDETA kepemimpinan orde baru ini,  maka hukum tabur tuai berlaku juga dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia ini.

  YANG DI KUDETA DAN YANG MENGKUDETA INI, MELAHIRKAN GENERASI KE- II.      Kini Generasi Ke-II ini tampil dalam panggung politik nasional dalam nusantara pertiwi, alih-alih kekuasaan terus berpinda tangan dalam rentetan waktu dan sejarah perjalanan bangsa.

Hari ini Papua bergejolak untuk ke sekian kalinya,  sudah barang tentu persoalan KUDETA ini adalah Ingin menguasai harta kekayaan alam pada suatu wilayah, termasuk di Papua.    Bagi saya pribadi bahwa ini adalah fakta sejarah dalam bangsa Indonesia.   Ada benang merah antara DUA GENERASI ini,  dengan sandiwaranya melibatkan pihak asing.    

Konflik Generasi ke-I, perebutan kekuasaan SOEKARNO VS SOEHARTO.    Benang merahnya J.F KENEDY & CIA dengan fokus objek sengketa Gunung Emas di Papua, Hutan Kayu, Rotan dan Tambang lainnya.          

Hari ini Generasi ke-II tampil dalam bangsa ini degan motif yang sama.        Sumber Seword.com degan narasi (author) Niha Arif,  menyampaikan bahwa "Tomy Soeharto Aktor di balik Gerakan Papua Merdeka dan Aktor dalam memfasilitasi Istima Ulama Empat.    Niha Arif membuka tabir baru di tenggah derunya badai kisah cerita "Monyet - monyet Dari Papua",  ia menuturkan bahwa sang anak bungsu penguasa orde baru ini tersinggung   karena Presiden Jokowi di atas singggasananya telah mengobok - obok kepemilikan SAHAM FREPORT Mecgmoran yang telah dibuka karpet merah oleh Bapa pembangunan orde baru SOEHARTO. Tanpa melibatkan pemilik tanah wilaya adat Papua.       

Hal ini bagi saya selaku penulis melihat bahwa "ia (Tomi Soeharto) cerdas menggunakan momentum luka batin rakyat Papua dalam sejarah integrasi bangsa, yang benihnya sudah di tabur oleh generasi ke-I dari bangsa ini. Dukungan lain kepada sang bungsu ini semakin menguat dengan terkuaknya tabir di balik kerusuhan di Surabaya dan Malang, yakni tertangkapnya kader Partai Gerindra yaitu "Trisusanti cs, partai pimpinan PRABOWO yang adalah rival politik dalam PILPRES 2019 oleh aparat keamanan serta beberapa kader partai milik Tomy Soeharto. Nasi sudah mau jadi bubur, eskalitas konflik makin meluas dan menciptakan jurang yang  semakin mengagah menuju disintegrasi bangsa, tentunya di manfaatkan pihak asing atau penumpang gelap versi Menkopolhukam Wiranto dalam kabinet JOKOWI-JUSUF  KALA.       

Beberapa media sebagai sumber referensi menguatkan kita bahwa desasdesus pembagian jata dalam kursi kabinet JOKOWI-MARUF juga merupakan faktor lain yang ikut mempengaruhi sehingga partai politik dipusaran kekuasaan juga ngambek. Tetapi analisis saya juga mengatakan bahwa "INI KUDETA MERANGKAK TERHADAP  RI 1  2019". Karena bukan tidak bahwa tokoh - tokoh Nasional bangsa ini juga ikut meneriakan dan mendorong Negara Kesatuan Indonesia menjadi  'Negara  Federal'.   

Semua ini merupakan praktek politik dalam bangsa ini degan tujuan menciptakan rasa ketidak percayaan terhadap kepemimpinan RI 1 2019.     Bukan hal baru dalam sejarah KUDETA kepemimpinan.     Karena PRESIDEN GUSDUR pun di KUDETA akibat membiayai PELAKSANAAN KONGRES PAPUA I dan Mengijinkan Berkibarnya BENDERA PAPUA  sebagai BENDERA CULTUR.        

Syallom !!! 

                (Penulis, adalah Kader  GMKI Cabang Jayapura)


Rabu, 11 September 2019

Mahasiswa Papua Tinggalkan Kota Studi, Ini Sikap LLDIKTI?

Mahasiswa Papua Tinggalkan Kota Studi, Ini Sikap LLDIKTI?

Jayapura |  Mahasiswa asal Papua yang tenggah menjalani studi di wilayah Nusantara Indonesia, berbondong-bondong meningalkan kota studi mereka, dan kembali ke Papua. Mendapat tanggapan dari LLDIKTI Wilayah 14 Papua dan Papua Barat.  

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah 14 Papua dan Papua Barat, Suriel Mofu kepada Kabar5.Id, Rabu 11 September 2019 mengatakan pihaknya menyangkan mahasiswa Papua yang meninggalkan tempat studi dan kembali ke Papua.

 Apalagi kepada mahasiswa yang sudah berstudi tujuh tahun dikampus asalnya, maka akan menyulitkan dirinya sendiri dan kampus di Papua yang menerimanya. Karena setiap perguruan tinggi memberlakukan batas waktu studi yang mengatur soal transfer mahasiswa dari kampus awal ke kampus tujuan.
Sementara mahasiswa yang masih semester tiga, mereka dapat diterima dan mengulang dari semester pertama, di kampus tujuan di Papua yang menerima mahasiswa itu.
Kepala LLDIKTI Wilayah 14 Papua-Papua Barat, Suriel Mofu. 

“kami menyangkan mahasiswa Papua yang sudah meninggalkan studi mereka, dan kembali ke Papua. Kami berharap kepada mahasiwa Papua yang masih ada di kota studinya, agar tetap melanjutkan studinya”, kata Kepala LLDIKTI Wilayah 14 Papua-Papua Barat, Suriel Mofu.

Sebut Kepala LLDIKTI itu pendidikan tinggi memiliki aturan-aturannya sendiri, kendatipun sistim tranfer adalah sesuatu yang wajar, namun akan dilihat rekam akademik mahasiswanya. Apakah sudah melewati masa studi, ataukah belum. Jika belum melewati masa studi, maka mahasiswa itu bisa diterima di kampus tujuan. Dan jika sudah melewati masa studinya, maka mahasiswa itu tidak diterima di kampus tujuan.

 Jika mahasiswa itu tetap mau di kampus tujuan itu, maka mahasiswa itu harus kuliah ulang dari semester satu.
“aturan pendidikan tinggi sangat ketat dalam menerima mahasiswa lewat jalur transfer, dengan melihat rekam jejak akademik mahasiswanya itu”, Jelas Suriel Mofu.

(Richard Mayor)

Senin, 09 September 2019

Rekonsiliasi di Papua, GAMKI Sambangi Korem 172 Jayapura


Rekonsiliasi di Papua, GAMKI Sambangi Korem 172 Jayapura

Jayapura | Guna mencari rasa aman dan damai di Papua, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Anggkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Provinsi Papua, bersama  jajaran ditingkat DPC GAMKI Kota Jayapura, DPC GAMKI Kabupaten Jayapura, dan DPC GAMKI Kabupaten Kerom,   Senin 9 September 2019, menyambangi Korem 1702 Jayapura untuk rekonsiliasi di Papua.  

Kedatangan rombongan anggota GAMKI itu, disambut  lansung oleh Komandan Korem 172/Praja Wira Yakthi Jayapura, Kolonel Inf.Jonathan Binsar Parluhutan Sianipar.   

Petermuan rekonsiliasia antara GAMKI dan Komandan Korem itu, berlansung di ruang penerangan Korem 172/Praja Wira Yakthi Jayapura.  

Dalam pertemuan itu, Komandan Korem 172/ PWY Jayapura,  lebih banyak mendengar dan  memberikan kesempatan seluas-seluasnya kepada anggota GAMKI untuk menyampaikan gagasan dan pikiran-pikiran mereka, baik bersifat  saran dan kritik, demi mendapat solusi bersama  dalam mewujudkan Papua yang damai, Papua yang  aman, dan Papua yang nyaman bagi  sesama anak bangsa di Papua.

Rekonsiliasi di Papua, GAMKI Sambangi Korem 172 Jayapura

Ketua DPD GAMKI Papua, Jul Eddy Way, mengawali diskusi itu menyampaikan kedatangan GAMKI ke Korem ini, pertama adalah sebagai sarana rekonsiliasi lewat apa yang ada pada GAMKI untuk bersama-sama berdiskusi dan tokar tambah informasi, baik  informasi yang  GAMKI ketahui maupun apa yang diketahui oleh pihak Korem, menyangkut situasi dan kondisi Papua belakangan ini. Agar kita satu pemahaman untuk memberikan pikiran-pikiran kita untuk Papua yang aman, dan Papua yang damai.  

“kedatangan kami GAMKI secara struktural baik dari DPD GAMKI Papua, dan jajaran pengurus tingkat  DPC Kota Jayapura, DPC Kabupaten Jayapura, dan DPC Kerom. Kami datang  berjumpa dan berdiskusi dengan pimpinan Korem bersama jajarannya untuk rekonsiliasi di Papua, lewat apa yang ada pada GAMKI untuk bersama-sama berdiskusi dan tokar tambah informasi, baik  informasi yang  GAMKI ketahui maupun apa yang diketahui oleh pihak Korem, menyangkut situasi dan kondisi Papua belakangan ini. Agar kita satu pemahaman untuk memberikan pikiran-pikiran kita untuk Papua yang aman, dan Papua yang damai”, kata  Ketua DPD GAMKI Papua, Jul Eddy Way.

Ketua DPD GAMKI Papua menyebut  pihaknya telah menganalisa soal demonstrasi, dimana disetiap demonstrasi-demonstrasi di Papua dengan melibatkan orang banyak dalam sebuah demonstrasi sangatlah tidak muda. Namun isu tentang “rasisme” mampu mendatangkan orang untuk berdemostrasi dengan jumlah yang besar.   

“kami GAMKI mendorang dan mengingatkan agar isu “rasisme” jangan terjadi lagi, mari semua  warga negara dapat menghormati dan menghargai sesama anak bangsa di dalam Negara Indonesia ini. Dan ketika masih ada sesama warga negara yang kembali mengucapkan kata “rasis” kepada sesama anak bangsa. Maka kenyamanan sesama anak bangsa pasti  terusik, dan kondisi kebersamaan menjadi terganggu, dan berdampak pada ketidak kondusifnya negara”,  Jelas Ketua DPD GAMKI Papua.  

Komandan Korem 172/PWY  Jayapura, Kolonel Inf.Jonathan Sianipar
 Ketua DPD GAMKI Papua, Jul Eddy Way
Ketua DPC GAMKI Kota Jayapura, John Betaubun. 
Sementara itu, Ketua DPC GAMKI Kota Jayapura, John Betaubun menuturkan rakyat di Kota Jayapura  membutuhkan rasa aman dan nyama.  Bagian ini harus dijamin oleh pihak keamanan baik TNI-POLRI dengan menyampaikan kepada rakyat soal jaminan keamanan bagi mereka.

Disisi lain, sebut Ketua GAMKI Kota Jayapura, negara melalui perangkat TNI-POLRI harus serius  dalam menangani persoal di Kota Jayapura, pasca demonstrasi  29  Agustus lalu.
Dari aspek  penegakan hukum, pesan  Ketua GAMKI Kota Jayapura pihak kepolisian tidak saja mencari, menangkap, dan menetapkan pelaku demonstran yang  melakukan pembakaran sejumlah rumah dan gedung . Namun dalam penegakan hukum juga, harus ada rasa keadilan bagi keluarga korban yang  keluarga mereka menjadi korban jiwa pasca demonstrasi  29  Agustus di Kota Jayapura.  

“penegakan hukum harus adil, jangan hanya karena sebuah harta benda lantas mengorbakan nyawa manusia. Hukum harus ditegakan secara adil, sehingga jangan karena harta benda orang lain diuntungkan lewat proses hukum, dan nyawa manusia diabaikan dalam penegakan hukum”. kata  Ketua GAMKI Kota Jayapura, sembari berharap pelaku penghilangan nyawa manusia pun harus ditangkap.

(Richard Mayor)




Sabtu, 07 September 2019

Ini Alasan Mahasiswa Papua, Tinggalkan Kota Study di Nusantara?

Ini Alasan Mahasiswa Papua, Tinggalkan Kota Study di Nusantara?

Jayapura | Sejumlah mahasiswa asal Papua yang tenggah menjalani study di wilayah Nusantara Indonesia, belakangan ini berbondong-bondong mulai meningalkan kota studi mereka.

Sejumlah Mahsiswa Papua Asal Kota Studi Manado
Alasan mahasiswa Papua meningalkan kota studi mereka, lantaran aspirasi masyarakat Papua tak direspon oleh pemerintah, dan juga tindakan represif yang dilakukan oleh aparat TNI-POLRI kepada  masyarakat Papua, di Papua. Juga penanganan hukum yang cenderung lebih cepat ke masyarakat Papua, dan lamban kepada pelaku rasisme di Surabaya.

Presidium Hubungan Masyarakat Katolik PP PMKRI, Marius Air, kepada Kabar5.Id, Sabtu 7 September 2019 mengatakan sejumlah mahasiswa Papua yang sudah meninggalkan kota studi mereka yakni, mahasiswa Papua di wilayah penddidikan kota studi Sulawesi Utara, dan Jakarta.

Alasan mahasiswa Papua itu, sebut  Marius mahasiswa  Papua di kota studi mereka, merasa tidak nyaman, ada nuasa teror dan intimidasi terhadap mereka. Sehingga mereka memilih meninggalkan kota studi itu, dan kembali ke Papua.

“merasa tidak nyaman, ada nuasa teror dan intimidasi terhadap mereka, tapi juga aspirasi masyarakat Papua yang dibaikan, tindakan represif  aparat TNI-POLRI, serta penangan hukum yang cenderong lebih cepat ke masyarakat Papua, ketimbang pelaku rasisme”, kata   Presidium Hubungan Masyarakat Katolik PP PMKRI itu.

(Richard Mayor)

Dana Otsus Jadi Sumber Pembiayaan Utama APBD Provinsi Papua! Sementara Sumber PAD Dibawah Rata-rata Nasional

Jayapura |Selama periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2020, dana Otonomi Khusus (Otsus) telah menjadi sumber pembiayaan utama dalam APBD P...