"Upaya
Kudeta Bagi RI 1 2019 Dengan Mengkambing
Hitamkan Papua, Membuka Pintu Menuju Disintegrasi Bangsa, 'Akankah Berbuah Manis Bagi Rakyat Papua'
?".
-Oleh
Bung Beny Wayangkau-
Jayapura | Seluruh
Rakyat Indonesia baru saja melaksanakan pesta demokrasi di tahun ini, dalam memilih para pemimpin bangsa baik Presiden
dan Wakil Presiden serta wakil - wakil rakyat di parlemen, termasuk di
Papua.
Dalam waktu berselang tidak begitu lama, masih
didalam kehangatan pemilu, bangsa Indonesia juga sedang merayakan hari bersejarah
yaitu ulangtahun kebangsaan yang ke 74 Tahun, dengan suasana Gembira.
 |
Kader GMKI Cabang Jayapura, Beny Wayangkau |
Munculah sebuah tragedi
kemanusiaan, yang meluluhlantakan
segenap alam pertiwi ini. Membahana secara nasional hingga internasional. Hanya dengan ungkapan Kata "monyet”,
serta tuduhan menjatukan bendera mera putih.
Peristiwa ini tidak kebetulan, tetapi sudah di
rancang oleh sang arsitek dengan perhitungan yang matang, terukur, terstruktur
dan masif. Sang Arsitek menggunakan wada - wada yang
ada atau dengan lain kata memakai tangan orang untuk memukul.
Pada sisih yang lain,
sejarah perjalanan kelam bangsa ini
tercatat dengan rapih, bahwa bagaimana para pemimpin - pemimpin bangsa ini di KUDETA.
Dan bukan itu saja, bahwa sejarah
dunia juga mencatat perjalanan para pemimpin-pemimpin dunia di KUDETA, dengan berbagai cara dan strategi masing-masing
sesuai peristiwanya guna merebut sebuah KEKUASAAN. Mulai dari Abraham Lincoln, Muammar
Khadafi, Gabriel Gersa Moveno, Patricia
Lummumba, Jhon F Kenedy, dan Bung Karno sang proklamator bangsa ini, serta Sang
Apartheid Hendrik Vermoerd.
Catatan hitam sejara bangsa Indonesia dimulai dengan rencana KUDETA pada sang proklamator Soekarno, dari referensi-referensi yang
saya pelajari ini, memberikan gambaran secara detil tentang “CUPCUDETA” merangkak
ini. Termasuk berbagai upaya pembunuhan
yang di lakukan oleh pihak militer luar negri atau asing, degan berkolaborasi
bersama anak- anak bangsa sendiri.
Singkat cerita bahwa
hasil dari upaya itu maka lahirlah orde baru dan memunculkan Istilah rrde
lama. Lembaran hitam generasi ke-I dalam
kepemimpinan ini tidak berakhir di situ, tetapi terus di buka pada halaman-halaman
berikutnya. Bahwa dari babak baru sebua orde itupun juga, menyimpan lembaran
hitam kelam tentang KUDETA kepemimpinan
orde baru ini, maka hukum tabur tuai
berlaku juga dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia ini.
YANG DI
KUDETA DAN YANG MENGKUDETA INI, MELAHIRKAN GENERASI KE- II. Kini Generasi Ke-II ini tampil dalam panggung
politik nasional dalam nusantara pertiwi, alih-alih kekuasaan terus berpinda
tangan dalam rentetan waktu dan sejarah perjalanan bangsa.
Hari ini Papua bergejolak
untuk ke sekian kalinya, sudah barang
tentu persoalan KUDETA ini adalah Ingin menguasai
harta kekayaan alam pada suatu wilayah, termasuk di Papua. Bagi saya pribadi bahwa ini adalah fakta sejarah
dalam bangsa Indonesia. Ada benang
merah antara DUA GENERASI ini, dengan
sandiwaranya melibatkan pihak asing.
Konflik Generasi ke-I, perebutan
kekuasaan SOEKARNO VS SOEHARTO. Benang
merahnya J.F KENEDY & CIA dengan fokus objek sengketa Gunung Emas di Papua,
Hutan Kayu, Rotan dan Tambang lainnya.
Hari ini Generasi ke-II
tampil dalam bangsa ini degan motif yang sama. Sumber Seword.com degan narasi (author)
Niha Arif, menyampaikan bahwa "Tomy
Soeharto Aktor di balik Gerakan Papua Merdeka dan Aktor dalam memfasilitasi
Istima Ulama Empat. Niha Arif membuka
tabir baru di tenggah derunya badai kisah cerita "Monyet - monyet Dari
Papua", ia menuturkan bahwa sang
anak bungsu penguasa orde baru ini tersinggung
karena Presiden Jokowi di atas singggasananya telah mengobok - obok kepemilikan
SAHAM FREPORT Mecgmoran yang telah dibuka karpet merah oleh Bapa pembangunan orde
baru SOEHARTO. Tanpa melibatkan pemilik tanah wilaya adat Papua.
Hal ini bagi saya selaku
penulis melihat bahwa "ia (Tomi Soeharto) cerdas menggunakan momentum luka
batin rakyat Papua dalam sejarah integrasi bangsa, yang benihnya sudah di tabur
oleh generasi ke-I dari bangsa ini. Dukungan lain kepada sang bungsu ini
semakin menguat dengan terkuaknya tabir di balik kerusuhan di Surabaya dan
Malang, yakni tertangkapnya kader Partai Gerindra yaitu "Trisusanti cs,
partai pimpinan PRABOWO yang adalah rival politik dalam PILPRES 2019 oleh
aparat keamanan serta beberapa kader partai milik Tomy Soeharto. Nasi sudah mau
jadi bubur, eskalitas konflik makin meluas dan menciptakan jurang yang semakin mengagah menuju disintegrasi bangsa,
tentunya di manfaatkan pihak asing atau penumpang gelap versi Menkopolhukam
Wiranto dalam kabinet JOKOWI-JUSUF KALA.
Beberapa media sebagai
sumber referensi menguatkan kita bahwa desasdesus pembagian jata dalam kursi kabinet
JOKOWI-MARUF juga merupakan faktor lain yang ikut mempengaruhi sehingga partai
politik dipusaran kekuasaan juga ngambek. Tetapi analisis saya juga mengatakan
bahwa "INI KUDETA MERANGKAK TERHADAP
RI 1 2019". Karena bukan
tidak bahwa tokoh - tokoh Nasional bangsa ini juga ikut meneriakan dan mendorong
Negara Kesatuan Indonesia menjadi 'Negara Federal'.
Semua ini merupakan
praktek politik dalam bangsa ini degan tujuan menciptakan rasa ketidak
percayaan terhadap kepemimpinan RI 1 2019.
Bukan hal baru dalam sejarah KUDETA
kepemimpinan. Karena PRESIDEN GUSDUR
pun di KUDETA akibat membiayai PELAKSANAAN
KONGRES PAPUA I dan Mengijinkan Berkibarnya BENDERA PAPUA sebagai BENDERA CULTUR.
Syallom !!!
(Penulis, adalah
Kader GMKI Cabang Jayapura)