![]() |
Front Persatuan Mahasiswa Tutup Feeport
(FPM-TF).(foto/icahd)
|
Jayapura,-- Ratusan
Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Front Persatuan Mahasiswa Tutup Feeport
(FPM-TF), Senin (20/3) melakukan aksi demo damai meminta tutup PT.Freeport di
Papua.
Keberadaan
PT.FI di Papua sejak Tahun 1967 yang dikenal sebagai perusahan pertambangan
internasional terbesar nomor satu di dunia. Tetapi apa yang didapatkan oleh
rakyat Papua?
“Rakyat
papua hanya terbelengu dalam kemiskinan, pelanggran HAM, Genosida, penjajahan, alam
dihancurkan oleh sistim kapitalisme yang memproduksi lebih banyak tanpa mempertimbangkan
hukum alam, juga dampak balik pada kehidupan manusia”, kata Kordinator Front
Persatuan Mahasiswa Tutup Feeport (FPM-TF), Nelius Wenda, saat berorasi di halaman Kantor DPR Papua, Senin (20/3)
Petang di Jayapura.
Sejarah
keberadaan perusahan raksasa itu di Papua, adalah sejarah yang termanipulasi
oleh kepentingan ekonomi politik imperialisme Amerika Serikat. Akhirnya mendorong Indonesia untuk melakukan
aneksasi atas Papua, juga mengskenariokan penentuan pendapat rakyat
(PEPERA) tahun 1969.
“Sebelum
proses PEPERA dilakukan, 7 APRIL 1967 perusahan pertambangan milik negara imperialis
USA telah menandatangani kontak pertamanya dengan pemerintah Indoensia dua
tahun sebelum PEPERA”, kata Nelius.
Melihat
semua kompleksitas, semua persoalan di Papua saat ini, sudah tidak ada lagi pengakuan
terhadap hak-hak demokratis rakyat Papua, dan juga rasa tanggungjawab akibat
dampaknya. Maka untuk apa lagi Freeport ada di Papua, lebih baik tutup saja
karena tidak memberikan kontribusi positif bagi rakyat Papua. tegasnya.
(Icahd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar