JAYAPURA - (RJP) - |Peryataan Ibu Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia, Tri Rismaharini, yang memarahi anak buahnya atau Aparatur Sipil Negara (ASN), di Balai Wyata Guna, Kota Bandung, Jawa Barat, saat melakukan kunjungan kerjanya itu, Selasa 13 Juli 2021, dan karena kecewa atas kinerja anak buahnya itu, mantan Walikota Surabaya itu, lantas melontarkan bahasa kepada para ASNnya, akan memindahkan mereka ke Papua, jika kerjanya tidak becus dan bermalas-malasan.
"Saya gak bisa pecat orang, tapi saya bisa pindahkan ke Papua", demikian pernyataan Ibu Menteri Sosial itu.
Pertayaannya adalah, mengapa Ibu Menteri?, memilih dan menyembut nama Papua sebagai ungkapan kekesalan kepada ASNnya, yang dinilai ibu Menteri, mereka bermalas-malasan saat bekerja. Dan hendak memindahkan mereka ke Papua?. Apakah Papua tempat pembuangan bagi ASN yang malas dan tidak becus bekerja itu.
Sikap reponsif dari Ibu Menteri Sosial, yang turun langsung ke lapangan patut diapresiasi, karena itu simbol dari seorang pemimpin yang harus melayani bukan dilayani.
Dalam konteks ini, Ibu Risma bagusnya jadi ibu walikota, jiwanya tak cocok jadi Ibu Menteri Sosial, kalau kerjanya marah-marah terus, ingat usia ibu, jangan suka marah-marah nanti lekas tua.
Emangnya Ibu Menteri yakin?, dengan memindahkan anak buah ibu ke Papua, lantas anak buah ibu menjadi baik dan rajin?. Jika pemikiran ibu seperti itu, berarti ibu Menteri masih mengiakan dan melihat Papua sebagai satu daerah di Indonesia, yang menjadi tempat yang tertinggal, terbelakang, terisolir, dan terjauh. Dan menjadi tempat pembuangan bagi orang-orang bodoh, malas, dan tak berpendidikan, serta pegangguran alias tak punya kerja. Layaknya mereka dipindahkan ke Papua.
Jika pernyataan ibu Menteri itu benar adanya, dengan suara yang lantang ibu mengucapkan, "Saya tak bisa pecat orang, tapi saya bisa pindahkan ke Papua". Suara tegas Ibu Menteri, dengan kata-kata isyarat atau warning itu, menegaskan bahwa, Papua menjadi tempat pengasingan dan menakutkan di Indonesia. Bagi mereka yang bodoh, malas, tak berpendidikan, dan pegangguran alias tak punya kerja. Sebagai mana ungkapan Ibu Menteri itu, tentang Papua.
Sebagai pesan penutup, sembari bertanya, taukah Ibu Menteri, jika sahabat ibu yang juga sama-sama Menteri hari ini, yakni Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, ia pernah menjadi pemimpin di Papua, sebagai Kapolda Papua. Dan seorang tokoh sejarah direpublik Indonesia yakni, Muhammad Hatta, ia pernah diasingkan di penjara Digul (sekarang Boven Digoel), Kota Tanah, Kabupaten Boven Digoel. Setelah itu, ia (M.Hatta), menjadi wakil presiden pertama Indonesia, dan sang proklamator kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Apakah kedua tokoh ini, mereka adalah orang bodoh, malas, dan tak berpendidikan, serta pengangguran?, sebagaimana pemikiran ibu Menteri, tentang Papua itu.
Pesannya adalah, Ibu Menteri, segera melakukan klarifikasi, dan penyampaian secara terbuka kepada masyarakat Papua, apa makna dari bahasa Ibu Menteri menyebutkan nama Papua terhadap para ASN yang malas dan tak becus bekerja itu. (Richard Jurnalis Papua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar