Rabu, 18 November 2015

Festus Simbiak: PTS di Papua-Papua Barat, Saatnya Harus Dievaluasi


Festus Simbiak.(Icahd/foto). 
Jayapura (SP)- Sedikitnya enam puluh (60) perguruan tinggi swasta di wilayah Papua-Papua Barat, sudah waktunya harus dievaluasi, terkait tata kelola mereka, standar pendidikan tinggi mereka, kerjasama dan peran alumni terhadap perguruan tinggi yang mendidik mereka itu.

Demikian disampaikan oleh Koordinator Kopertis Wilayah XIV-Papa-Papua Barat, Festus Simbiak, Rabu 18/11/2015 di Jayapura.

Koordinator Kopertis Wilayah XIV-Papua-Papua Barat, Festus Simbiak kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Dalam rangka pembinaan terhadap perguruan tinggi swasta (PTS) Se-Wilayah XIV Papua dan Papua Barat. Maka kami Kopertis XIV Papua-Papua Barat, sedang melakukan monitoring dan evaluasi (Monev). Untuk mengetahui kinerja pengelolaan PTS selama ini.   

“Dalam melakukan monitoring dan evaluasi (Monev), tentunya kami Kopertis XIV Papua-Papua Barat memakai tiga (3) kategori dalam menilai yakni, kategori pengelolaan baik, kategori pengelolaan sedang dan kategori pengelolaan kurang”. “Kata Festus”.

“Sehingga hasil dari monitoring dan evaluasi (Monev) itu, hasilnya akan diumumkan kepada masyarakat. Karena selain kepada masyarakat, pemerintah juga, tidak mau masyarakat dirugikan akibat dari pengelolaan PTS yang tidak baik. Ini berhungan dengan status mahasiswa yang tidak sah, ijazah yang tidak sah dan gelar yang tidak sah”. “Jelasnya lagi”.
  
“Mengapa harus dilakukan evaluasi kepada PTS di Papua-Papua Barat, Karena melalui evaluais ini, kita akan mengetahui terkait, “Ketenagaan, banyak PTS yang PBMnya tidak ditangani oleh dosen berkualifikasi Magister. Selain itu bimbingan dilakukan oleh dosen S1 yang tidak memiliki jabatan fungsional. Artinya dosen tidak punya pengalaman akademis lalu disuruh membimbing dan menguji dan mengajar. Peraturan tidak mengkehendaki keadaan seperti ini. Karena dipastikan lulusan PTS tidak memiliki kompetensi yang handal” “Tegas mantan Rektor Uncen ini”.

Disingung terkait, sangsi yang diberikan kepada PTS yang kategorinya kurang, Simbiak menuturkan, “Dalam kategori yang kurang akan diberi kesempatan 2 kali 6 bulan untuk perbaikan diri. Bila dalam waktu yang diberikan untuk memperbaiki diri tadak dipenuhi. Maka PTS tersebut, akan diusulkan untuk dicabut izinnya atau dinonaktifkan sementara kepada DIKTI di Jakarta”.   

Pembinaan, pengawasan  dan avaluasi terhadap PTS di Papua-Papua Barat dilakukan untuk menghasilkan pengelolaan PTS yang berkualitas. Sehingga hasilnya juga berkualitas. Kita tidak mau lukusan PTS punya ijazah tapi tidak punya kompetensi  untuk bersaing dalam dunia kerja nanti.Pungkasnya.

(RIC).



Selasa, 17 November 2015

“Memastikan Kebebasan Pers Di Papua, 8 Jurnalis Asing Kunjungi Papua”


Wartawan Papua, bersama 8 Wartawan Asing,(Icahd/foto)
Jayapura (SP)- Ingin memastikan kebebasan pers di Papua, delapan jurnalis asing asal, Afrika dan kawasan Asia, Pasifik mengunjungi Papua.
Dalam kunjungan yang dilakukan delapan jurnalis asing di Papua, melalui Kemenlu Indonesia menunjuk salah satu organisasi pers di Papua yakni, Indonesia Journalist Network (IJN) atau Jaringan Jurnalis Indonesia (JJI).
Untuk berkesempatan, guna bertatap muka dan berdiskusi tentang “Kebebasan pers yang teman-teman wartawan alami dan ketahui di Papua. Pantuan SULUH PAPUA, Selasa, 17/11/2015/ di Kota Jayapura.    

Sekedar diketahui, Kehadiran delapan jurnalis asing di Papua, didampingi oleh pihak Kemenlu Indonesia mereka-mereka yakni, Timoci Tavaiviti Vula (Fiji Sun Negara Fiji, Royson Willie (Vanuatu Daily Post Negara Vanuatu), Alfred Solomon Sasoko (Islands Sub Negara Kepulauan Salomon), Loji Mathias Avla (Islands Sub Negara Kepulauan Salomon), Elias Aweke Tedesse (Focus Magazine Negara Ethopia), Rasoamaromaka Rejo (Radio National Madagascar Negara Madagaskar), Anthony Mochama Ontita (The Standart Negara Kenya) dan  Mashaka Bonifas Mgeta (The Guardian Negara Tanzania).

     Sementara dari organisasi pers IJN Papua dan Papua Barat diwakili oleh Jorsul Sattuan (Kontributor Tvone, Alfian Rumagit (LKBN Antara Biro Papua, Marcel Benhur Kellen (Media Indonesia), Edi Siswanto (MNC Grup), Richard Jackson Mayor (Suluh Papua), Harlet, dan Vian (Dhara Pos).
Salah satu wartawan asing Royson Willie (Vanuatu Daily Post Negara Vanuatu) kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Kedatangan kami, ke Papua untuk melihat secara lansung aktifitas peliputan teman-teman wartawan di Papua. Karena, kami melihat dan mendengar tentang Papua, selalu banyak persoalan, terutama pelangaran HAM, kesejahteraan Papua, dan tentunya kebebasan pers di Papua”.  

 “Namun setelah, kami diskusi dengan teman-teman wartawan di Papua,  merka mengemukakan, “Bahwa pemberitaan tentang Papua di luar negeri telah mengalami 'distorsi informasi”. “Kata Royson Willie”.   

Sehingga dengan cara kunjungan yang kami (wartawan asing) ke Papua, kami bisa menjelaskan dan menunjukkan dengan baik tentang Papua yang terbuka, bebas dan maju dalam pembangunannya. “Jelas Royson”.  

Sementara itu, Sekretaris IJN Papua dan Papua Barat, Jorsul Sattuan menuturkan, "Wartawan di Papua bebas memberitakan apa yang terjadi ditenggah-tenggah masyarakat dengan memperhatikan kaidah-kaidah jurnalistik”.

“Peliputan di Papua terkait, sebuah peristiwa yang jauh, wartawan di Papua mengunakan sarana telekomunikasi (telepon) kepada masyarakat setempat, atau pun meminta keterangan dari pihak kepolisian tentang peristiwa itu”. “Kata Josrul”.  

       "Dalam membuat sebuah karya jurnalistik, Kami wartawan di Papua, mengedepankan “Coverboth side” atau perimbangan dalam sebuah berita. Kami akan menanyakan kepada para pejabat terkait tentang suatu peristiwa dan juga menanyakan kepada masyarakat dan korban," tentang peristiwa itu.Pungkasnya.


(RIC).










  


Alfred Solomon: Papua Aman, Berbeda Dengan Yang Kami Dengar Di Luar


Jurnalis Asing, asal Solomon, Alfred Solomon.(Icahd/foto).
Jayapura (SP)- Alfred Solomon Sasoko Jurnalis Asal (Islands Sub Negara Kepulauan Salomon) mengaku kaget, dan terkejut setelah melihat Papua yang berbeda dengan apa yang sering ia dengar di luar”.   

Hal itu disampaikan, Anthony dalam temu muka bersama dengan wartawan Papua di Restoran Rumah Laut, Kota Jayapura, Papua, Selasa (17/11/2015).

“Kami kagum dengan Papua, kami (jurnalis asing) kaget dengan kondisi keamanan di Papua yang sangat jauh berbeda dari apa yang selama ini kami ketahui”. “Kata Alfred Solomon”

Selain suananya, kami juga mendapat informasi baru tentang kebebasan pers di Paua dari teman-teman jurnalis Papua yang tergabung dalam organisasi Indonesia Jurnalis Network (IJN) atau Jaringan Jurnalis Indonesia Papua dan Papua Barat. “Jelas Alfred”.

Selama ini apa yang kami dengar di negara kami bahwa Papua tidak aman, tetapi ternyata faktanya tidak demikian. Malah sebaliknya Papua aman dan khusus di Kota Jayapura kedamaian ternyata terpancar begitu nyata, ini cermin damai bagi dunia,”. “Kata Alfred”.

“Kami banga dan terima kasih kepada Kementrian Luar Negeri RI yang bisa membawa kami untuk berjumpa dengan teman-teman jurnalis di Papua”.Pungkasnya.

(RIC). 


Rabu, 11 November 2015

“Sang Jendral, Siap Tempur Di Piala Sudirman”

Sang Jendral Lapangan Hijau(Icahd/foto).  
Jayapura (SP)- Sang Jendral, Mutiara Hitam, Persipura Jayapura yang sudah memiliki empat bintang, siap menujunkan aksinya dalam turnamen Jendral Sudirman Cup 2015 di Bali.

Sekedar diketahui, “Walaupun persiapan Persipura Jayapura boleh dibilang minim persiapan. Berbeda dengan peserta tim piala Sudirman yang lain, dimana mereka lebih dulu melakukan pertadingan dalam turnamen piala Presiden lalu. Sedangkan kita tim Persipura Jayapura vakum tanpa pertadingan. Namun tim Persipura Jayapura, dalam kondisi 80% siap tempur dalam mengarunggi turnamen piala Sudirman cup”.

Demikian disampaikan oleh Media Officer Persipura, Ridwan Bento Manubun, Rabu (11/11/2015) di Jayapura.

Media Officer Persipura, Ridwan Bento Manubun kepada Wartawan mengatakan, “Persipura berada di grup B, bersama tuan rumah Bali United Pusam, PSM Makasar, Mitra Kukar, dan Semen Padang”.

“Persipura akan melakoni pertandingan perdananya, 14 November 2015 dengan menjamu tuan rumah Bali United Pusam di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar Bali. “Kata Bento”.

Disingung terkait jumlah pemain persipura jayapura yang dibawa ke bali, Bento menuturkan, “29 pemain persipura yang di bawa ke Bali yakni, Penjaga Gawang Ferdiansyah (20), Dede Sulaiman (27), Celsius Gepse (85) dan Eneko Bahabol (30). 

Pemain Belakang, Dominggus Fakdawer (31), Ricardo Salampessy (4), Rony Esar Beroperay (2), Bio Pauline Pierre (45), Victor Pae (5), Elvis Harewan (3), Ruben Karel Sanadi (14), Johanes Tjoe (44), Yustinus Pae (21) dan Daniel Siogama Tata (19).

Pemain Tenggah, Gerald Rudolf Pangkali (16), Imanuel Wanggai (11), Nelson Alom (12), Ian Louis Kabes (13), Lim Jum Sik  (8), Robertino Gabriel Pugliara (10).

Pemain Depan, Lancine Kone (22), Riky Kayame (18), Lukas Wellem Mandowen (33), Jaelani Arey (49), Chrithover Manuel Sibi (25), Yohanes Fernando Pahabol (17) dan Boas Theofilus Erwin Solossa (86) selaku Kapten Persipura. Pungkasnya.  


(RIC).






  
     





   


   




  




“GAMKI Papua, Prihatin Terhadap Maraknya Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Di Papua”

Penyerahan SK Panitia Pelaksana.(Icahd/foto). 
Jayapura (SP)- Maraknya kekerasan terhadap perempuan dan anak di Papua membuat anggota muda Kristen yang bergabung dalam Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), merasa prihatin sehingga perlu merangkul semua pemuda kristen untuk duduk bersama dalam sebuah seminar bersama, guna menyikakapi hal tersebut.

Demikian disampaikan oleh Ketua DPD.GAMKI Prov.Papua, Djoni Naa, SE, M.SI, Rabu 11/11/2015 di Ruangan Kerjanya.

Ketua DPD.GAMKI Prov.Papua, Djoni Naa kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Tentunya dalam mengumpulkan pemuda kristen dalam sebuah musyarah tentang, “Sosialisasi Perlindungan Hukum Bagi Perempuan”, perlu membentuk panitia yang ditunjuk oleh GAMKI Papua, guna melaksanakan kegiatan tersebut”.

Sehingga, kami (GAMKI) Papua, telah membuat surat keputusan Nomor 01040/S-GAMKI/PAPUA/INT/B/JPR/XI/15 tentang penujunkan panitia pelaksana sosialisasi perlindungan hukum bagi perempuan yang diketuai oleh Sdri.Ida Konjol, SH, Sekretaris Sdr.Hutler Dimara bersama Bendahara Sdri.Beatrix Soemnaiubun, serta seksi-seksinya, guna penyelenggraannya berlansung”.

Disingung terkait kapan kegiatan sosialisasi perlindungan hukum bagi perempuan itu dilakukan, Ketua GAMKI Papua menuturkan, “Panitia diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut hanya dua minggu, terhitung sejak 11 November 2015, sehingga untuk puncaknya kegiatannya sendiri itu, pada 28 November 2015 mendatang”. “Katanya”.

Djoni Naa, mengajak kepada semua pemuda kristen dari dedominasi Gereja di tanah Papua. Untuk berpatisasi aktif, sebagai peserta dalam kegiatan sosialisasi perlindungan hukum bagi perempuan itu”. “ajaknya”.

“Kita perlu cermati bersama, mengapa, begitu maraknya kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi disekitar kita. Dan pelaku dari kekerasan itu sendiri tentunya merupakan orang-orang kristen sendiri”. “tegas Djni Naa”.

Sehingg, pemuda kristen sebagai agen perubahan, dan pemuda kristen sebagai generasi muda Gereja perlu melihat persoalan bersama ini. Pungkasnya.  

(RIC). 










Sabtu, 07 November 2015

GAMKI Papua, Gelar Pelatihan Pemuda Pendamping Kampung


GAMKI Prov.Papua.(Icahd/foto).
Jayapura (SP)- Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) wilayah Papua. Mengelar kegiatan “Pelatihan Pemuda Pendamping Kampung”, Sabtu (07/11/2015) di Salah satu hotel di Kota Jayapura.

Ketua GAMKI Provinsi Papua, Djoni Naa, SE.M.Si kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Kegiatan terkait pelatihan pemuda pendamping kampung yang kami (GAMKI) gelar ini, “Untuk mengajak pemuda kristen dari berbagai dedominasi gereja. Untuk berperan aktif bahkan mengawal kebijakan pemerintah dalam memajukan kampung-kampung di Papua”.

Djoni Naa menlanjutkan, “Tema yang kami (GAMKI) pilih dalam kegiatan ini yakni, “Roh tuhan ada padaku untuk menyampaikan kabar baik.  Sedangkan sub tema dalam mendukung kegiatan ini, “Membangun kebersamaan dan kemandirian bangsa menuju Indonesia baru”.  

“Peningkatan sumber daya manusia (SDM). Tidak saja pada sisi pendidikan semata. Namun melalui pendidikan “Non Formal” dapat menjadi alternativ lain dalam memberikan pemahaman kepada pemuda, secara khusus pemuda kristen melalui pelatihan-pelatihan. “Kata Djoni Naa”.   
Semoga kegiatan ini menjadi berkat dan bekal, bagi pemuda kristen dalam mengabdikan diri, bahkan sampai pengabdian ditenggah-tenggah masyarakat. “Pesanya”.  
“Dari semua pengabdian ditenggah-tenggah masyarakat nanti, baik sebelum dilakukan atau sesudah melalukan pemuda kristen, harus mengawalinya dengan “Ora Et La Bora” yang arting “Berdoa sebelum bekerja”.Pungkasnya.

(RIC).


      

 



Korem 172/PWY, Gelar Lombak Tembak Antar Wartawan Se-Papua



Lomba Tembak Wartawan Se-Papua.(Icahd/foro). 
Jayapura (SP)- Memperingati HUT Korem 172/PWY Ke-52 Tahun, Korem 172/PWY. Mengelar lomba tembak antar wartawan se-Papua, Sabtu (07/11/2015) di lapangan tembak Zipur, Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura.

Dalam lomba yang digelar itu, “Pihak Korem 172/PWY, menyediakan senjata laras panjang jenis SSI, body vast atau rompi anti peluru, pelindung mata dan alat peredam pendengaran.

Komandan Korem 172/PWY Kolonel Infanteri. Sugiyono kepada wartawan mengatakan, “Lomba tembak yang kami (korem), gelar antar wartawan se-Papua ini. Lebih kepada menjalin silahturahmi bersama rekan-rekan wartawan di Papua.

Selama ini, mungkin pihak korem selalu membuat kegiatan, belum melibatkan rekan-rekan wartawan. Namun melalui momentum HUT Korem 172/PWY ke-52 Tahun 7 November 2015 ini. Muda-mudahan dapat menjadi perekat selama kita menjalankan tugas dan aktifitas di daerah yang kita diami bersama”.

Sehingga itu, kami seluruh jajaran korem 172/PWY memberikan apresit dan penghargaan kepada wartawan dengan semangat, “Wartawan sahabat terbaikku”.

Sekedar diketahui, dalam lomba tembak itu, wartawan diberikan jarak menembak 75 meter. Dengan sasaran berupa balon, papan pembidik. Selain itu tidak kalah hebatnya, dalam melakukan pembidikan, satu wartawan diberikan kesempatan menembak sebanyak sepuluh butir untuk mengenai target sasaran”.  

(RIC).










 
    

  



Rabu, 04 November 2015

Edi Tananar: Guru-Guru SD YPK Ansudu, Ibarat Musim Penyu Mau Bertelur

Edi Tanamar salah satu guru honor sejak Tahun 2003 di SD YPK Ansudu
Jayapura (SP)- Guru-guru bersama kepala sekolah yang ditempatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sarmi melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi di SD YPK Ansudu, Kampung Ansudu, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi. “Ibarat musim penyu mau bertelur atau musim gajian baru naik ke tempat tugas. Setelah terima gaji, kembali ke tempat lain, nanti tunggu gajian lagi baru naik ke sekolah pura-pura mengajar anak murid”.

Demikian disampaikan oleh Edi Tanamar salah satu guru honor sejak Tahun 2003 di SD YPK Ansudu, Selasa (03/11/2014) di Kampung Ansudu.

Edi Tanamar salah satu guru honor di SD YPK Ansudu kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Kami ingin DPRD Sarmi bisa mendatangi sekolah ini, lihat langsung keberadaannya. Kami butuh berbagai alat pendukung belajar mengajar,".
   
Disingung terkait honor atau jasa mengajar yang diberikan berupa insntif kepada guru-guru honor di SD YPK Andusu, Edi menuturkan, “Soal gaji atau honor mengajar, saya bersama dengan teman-teman guru yang lain mendapat honor sesuai dengan jenjang pendidikan akhir. Misalnya, “Untuk guru honor berpendidikan SMP diberikan honor atau gaji sebesar Rp1,5 juta, lulusan SMA/SMK Rp1,8 juta, sedangkan guru kontrak Rp1,5 juta ditambah uang pemondokan Rp300 ribu.
  
 Edi Tananar Putra Asli kampung Ansudu, Sarmi menjelaskan, “Sekolah tempat kami bertugas ini, sangat kekurangan baik fasilitas penunjang untuk mengajar dan  bahan untuk mengajar, serta bahan-bahan penunjang lainnya”.   

    “Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi dan pihak Yayasan YPK agar dapat melihat keberadaan kepala sekolah yang jarang hadir disekolah ini. Nanti sudah mau waktu ujian baru kepala sekolah hadir. Ini yang buat kami selaku guru-guru honor kecewa terhadap perilaku kepala sekolah SD YPK Ansudu”. “kesalnya”.  

Sementara itu, “Yanto, guru kontrak yang mengabdi sejak Maret 2013 membenarkan hal itu.

    "Kami (guru-guru) disini kurang kompak, apa lagi pak kepala sekolahnya jarang ditempat. Banyak suka dan duka yang saya alami, tapi itu resiko dari pekerjaan saya sebagai guru SD," katanya.

    Yanto menjelaskan, “Biasanya yang mengajar hanya satu hingga tiga orang guru, termasuk Hermanus Tananar, guru yang menderita hernia dan kaki gajah itu.

    "Dalam mengajar, hanya saya, Pak Hermanus dan dibantu Pak Edi, guru lainnya tidak masuk. Kami biasanya hanya membagi dua kelompok murid yang totalnya berjumlah 68 orang dari kelas 1 hingga kelas 6 untuk belajar, meski itu kurang efektif,"Pungkasnya.

(RIC).    



“Kepala Sekolah Jarang Ditempat, Mengorbankan Anak Didiknya”

Baren Mor selaku tokoh pemuda di Kampung Ansudu.(Icahd/foto). 
Jayapura (SP)- Kepala sekolah jarang ditempat berimbas pada anak didiknya yang sulit mendapat proses belajar mengajar yang baik. Disamping itu juga sebagian besar guru-guru yang dipercayakan bertugas di SD YPK Ansudu, Kampung Ansudu, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi. Tidak menjalankan tugas sebagai guru pendidik karena kepala sekolah jarang berada di tempat.    

Baren Mor selaku tokoh pemuda di Kampung Ansudu, Kabupaten Sarmi, Selasa (03/11/2012) kepada SULUH PAPUA mengatakan, “ Dimana Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi, “Apakah mereka tidak melihat bahkan memperhatikan keberadaan guru-guru honor dan guru-guru PNS yang di tempatkan di SD YPK Ansudu ini.   

     Ketika ada niat baik untuk menempatkan guru-guru sebagai pendidik dan pengajarar anak-anak di kampung Ansudu, “Jangan hanya asal menempatkan tetapi tidak ada pengawasan terhadap tugas-tugas mereka. Percuma saja banyak guru di kampung Ansudu, tetapi hanya terlihat tiga orang guru yang aktif mengajar, sementara lain gurunya tidak.  

  
Disingung terkait apakah pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi ada melakukan kunjungan ke SD YPK Andusu,  Baren menuturkan, “Pemerintah Kabupaten Sarmi, dalam hal ini Dinas Pendidikan, belum melakukan kunjungan atau melihat lansung persoalan yang terjadi di SD YPK Ansudu ini.

Seperti, proses belajar mengajar yang tidak berjalan secara baik dan guru-guru honor bersama guru-guru PNS yang tidak menjalanakan tugas mereka dengan baik”.

"Semestinya Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi datang ke SD ini, guna melihat perkembangan belajar mengajar dan keberadaan guru honor serta kontrak bahkan PNS yang malas bertugas” “Pesan Baren Mor”.

(RIC).

   



Selasa, 03 November 2015

“Ratusan Bagunan Pedagang Pasar Yotefa, Ditertibkan”

Kepala Pengelola Pasar Yotefa Tonci Sibri, SH.(Icahd/foto).  
Jayapura (SP)- Sedikitnya ratusan bagunan milik pedagang di pasar Yotefa terpaksa harus ditertibkan dengan paksa atau dibongkar paksa oleh pihak pengelola pasar Yotefa. Karena berdagang diatas aliran air atau di atas parit. Pantuan SULUH PAPUA, Selasa 03 November 2015 di Pasar Yotefa.

Kepala pengelola pasar Yotefa Tonci Sibri, SH kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Ketertiban ini terpksa kami lakukan, karena ketika datang musim hujan. Trenase atau parit yang mengalirkan air, “Tidak dapat mengalirkan air dan petugas sulit membersihkan sampah-sampah yang tertampung di bawah bagunan dari pedagang yang dibangun di atas parit”.

Disingung terkait ketertiban yang dilakukan ada penolakan dari pemilik bagunan yang di bongkar, Tonci menuturkan, “Penertiban berjalan lancar, karena sebelum di tertibkan. Pihak pasar sudah memberitahukan kepada pedagang atau pemilik bagunan sejak bulan Maret lalu. Dimana pedagang atau pemilik bagunan untuk membongkar sendiri bangunannya yang dibangun di atas parit.   

Namun kerana niat baik dari kami selaku pengelola pasar Yotefa tidak ditindaklanjuti, “Ya, terpaksa kami mengambil langkah sendiri dengan melibatkan Sat Pol PP Kota Jayapura, dan Anggota Polisi Polres Jayapura, agar proses ini dapat berjalan cepat, tertib serta aman”.Pungkasnya.

(RIC)







“Walapun Menderita Penyakit Kaki Gajah, Sang Guru SD Di Ansudu Tetap Mengajar”


Hermanus Tananar.(Icahd/foto  
Jayapura (SP)- Walaupun mengalami derita penyakit kaki gajah dan penyakit kelamin (hernia). Sang guru honor di SD YPK Ansudu, Kampung Ansudu, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi. Tetap mengajar anak didiknya demi tercapai masa depan bagi anak-anak di kampung Ansudu. Pantuan SULUH PAPUA, Selasa 03 November 2015 di Kampung Ansudu.  

Sang guru honor di SD YPK Ansudu, Hermanus Tananar kepada SULUH PAPUA mengatakan, n ini, “Saya alami sejak 1998/1999. Pada 2011 sempat saya dirawat di RSUD Dok II Jayapura dan operasi khusus pengangkat hernia. Namun tidak sampai tuntas”.      

Disingung terkait sejak kapan menjadi guru honor di SD YPK Ansudu, Hermanus menjelaskan, “Saya diangkat menjadi guru honorer di SD YPK Ansudu Pada 2003/2004. Ketika itu masa kepemimpinan Bpk.Bupati Eduard Fonataba, selaku Bupati Kabupaten Sarmi.

Dengan membuat program atau kebijakan menerima dan menempatkan anak asli Sarmi lulusan SMA/SMK untuk mengabdi menjadi guru di kampung masing-masing.   
        
Seiring berjalannya waktu, penyakit yang dideritanya itu, semakin hari semakin parah. Membuat dirinya harus merintih kesakitan ketika hendak buang air kecil, sering pusing, sakit kepala. Namun apa daya, dirinya tidak mempu mengobati peyakit yang dideritanya itu, lantaran tidak adanya biaya untuk berobat.  

    “Saya sering merasa sakit ketika melakukan aktifitas, seperti ketika saya sedang  mengajar . Rasa sakit itu, membuat saya harus pulang dan anak-anak didikpun juga pulang,” “kata Hermanus”.

“Saya pernah mencoba untuk dioperasi pada tahun 2011, tetapi operasi dilakukan di luar Papua. Namun apa dikata, istri saya meninggal, lantaran terjatuh terbentur tembok sumur air karena pusing, setiap hari harus menjaga saya di rumah sakit. Itulah kendala yang membuat saya tidak dapat mengobati dua penyakit itu. “Kata Hermanus dengan sedih”.



   Sekilas tentang  penyakit yang diderita sang guru honor di SD YPK Ansudu, “Dimana  kedua kakinya membesar, pada jari-jari kaki kanan dan kiri terlihat muncul seperti daging tumbuh atau kutil yang setiap saat dikerumuni lalat. Selain itu, “Dua biji kelamin dari Hermanus pun terlihat membengkak seperti bola basket.

           Hermanus, berharap, “Pihak Yayasan yang mengelola SD YPK Ansudu dan Pemerintah Kabupaten Sarmi, terutama Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan dapat membantu mengobati penyakit yang dideritanya itu.

    Selain berharap, “Hermanus pun mengatakan, “Pemerintah bisa membantu mengobati penyakit ini. Karena, Saya tidak sendiri, saya masih menanggung ketiga anak yang masih sekolah tanpa seorang istri. Pungkasnya.



(RIC).

Dana Otsus Jadi Sumber Pembiayaan Utama APBD Provinsi Papua! Sementara Sumber PAD Dibawah Rata-rata Nasional

Jayapura |Selama periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2020, dana Otonomi Khusus (Otsus) telah menjadi sumber pembiayaan utama dalam APBD P...