![]() |
Edi Tanamar salah satu guru honor sejak
Tahun 2003 di SD YPK Ansudu
|
Jayapura
(SP)- Guru-guru bersama kepala sekolah yang ditempatkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Sarmi melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi di SD YPK Ansudu, Kampung
Ansudu, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi. “Ibarat musim penyu mau bertelur
atau musim gajian baru naik ke tempat tugas. Setelah terima gaji, kembali ke
tempat lain, nanti tunggu gajian lagi baru naik ke sekolah pura-pura mengajar
anak murid”.
Demikian
disampaikan oleh Edi Tanamar salah satu guru honor sejak Tahun 2003 di SD YPK
Ansudu, Selasa (03/11/2014) di Kampung Ansudu.
Edi
Tanamar salah satu guru honor di SD YPK Ansudu kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Kami
ingin DPRD Sarmi bisa mendatangi sekolah ini, lihat langsung keberadaannya.
Kami butuh berbagai alat pendukung belajar mengajar,".
Disingung
terkait honor atau jasa mengajar yang diberikan berupa insntif kepada guru-guru
honor di SD YPK Andusu, Edi menuturkan, “Soal gaji atau honor mengajar, saya
bersama dengan teman-teman guru yang lain mendapat honor sesuai dengan jenjang
pendidikan akhir. Misalnya, “Untuk guru honor berpendidikan SMP diberikan honor
atau gaji sebesar Rp1,5 juta, lulusan SMA/SMK Rp1,8 juta, sedangkan guru
kontrak Rp1,5 juta ditambah uang pemondokan Rp300 ribu.
Edi Tananar Putra Asli kampung Ansudu, Sarmi
menjelaskan, “Sekolah tempat kami bertugas ini, sangat kekurangan baik fasilitas
penunjang untuk mengajar dan bahan untuk
mengajar, serta bahan-bahan penunjang lainnya”.
“Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi dan pihak
Yayasan YPK agar dapat melihat keberadaan kepala sekolah yang jarang hadir
disekolah ini. Nanti sudah mau waktu ujian baru kepala sekolah hadir. Ini yang
buat kami selaku guru-guru honor kecewa terhadap perilaku kepala sekolah SD YPK
Ansudu”. “kesalnya”.
Sementara
itu, “Yanto, guru kontrak yang mengabdi sejak Maret 2013 membenarkan hal itu.
"Kami (guru-guru) disini kurang
kompak, apa lagi pak kepala sekolahnya jarang ditempat. Banyak suka dan duka
yang saya alami, tapi itu resiko dari pekerjaan saya sebagai guru SD,"
katanya.
Yanto menjelaskan, “Biasanya yang mengajar
hanya satu hingga tiga orang guru, termasuk Hermanus Tananar, guru yang
menderita hernia dan kaki gajah itu.
"Dalam mengajar, hanya saya, Pak
Hermanus dan dibantu Pak Edi, guru lainnya tidak masuk. Kami biasanya hanya
membagi dua kelompok murid yang totalnya berjumlah 68 orang dari kelas 1 hingga
kelas 6 untuk belajar, meski itu kurang efektif,"Pungkasnya.
(RIC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar