Rabu, 04 November 2015

Edi Tananar: Guru-Guru SD YPK Ansudu, Ibarat Musim Penyu Mau Bertelur

Edi Tanamar salah satu guru honor sejak Tahun 2003 di SD YPK Ansudu
Jayapura (SP)- Guru-guru bersama kepala sekolah yang ditempatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sarmi melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi di SD YPK Ansudu, Kampung Ansudu, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi. “Ibarat musim penyu mau bertelur atau musim gajian baru naik ke tempat tugas. Setelah terima gaji, kembali ke tempat lain, nanti tunggu gajian lagi baru naik ke sekolah pura-pura mengajar anak murid”.

Demikian disampaikan oleh Edi Tanamar salah satu guru honor sejak Tahun 2003 di SD YPK Ansudu, Selasa (03/11/2014) di Kampung Ansudu.

Edi Tanamar salah satu guru honor di SD YPK Ansudu kepada SULUH PAPUA mengatakan, “Kami ingin DPRD Sarmi bisa mendatangi sekolah ini, lihat langsung keberadaannya. Kami butuh berbagai alat pendukung belajar mengajar,".
   
Disingung terkait honor atau jasa mengajar yang diberikan berupa insntif kepada guru-guru honor di SD YPK Andusu, Edi menuturkan, “Soal gaji atau honor mengajar, saya bersama dengan teman-teman guru yang lain mendapat honor sesuai dengan jenjang pendidikan akhir. Misalnya, “Untuk guru honor berpendidikan SMP diberikan honor atau gaji sebesar Rp1,5 juta, lulusan SMA/SMK Rp1,8 juta, sedangkan guru kontrak Rp1,5 juta ditambah uang pemondokan Rp300 ribu.
  
 Edi Tananar Putra Asli kampung Ansudu, Sarmi menjelaskan, “Sekolah tempat kami bertugas ini, sangat kekurangan baik fasilitas penunjang untuk mengajar dan  bahan untuk mengajar, serta bahan-bahan penunjang lainnya”.   

    “Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi dan pihak Yayasan YPK agar dapat melihat keberadaan kepala sekolah yang jarang hadir disekolah ini. Nanti sudah mau waktu ujian baru kepala sekolah hadir. Ini yang buat kami selaku guru-guru honor kecewa terhadap perilaku kepala sekolah SD YPK Ansudu”. “kesalnya”.  

Sementara itu, “Yanto, guru kontrak yang mengabdi sejak Maret 2013 membenarkan hal itu.

    "Kami (guru-guru) disini kurang kompak, apa lagi pak kepala sekolahnya jarang ditempat. Banyak suka dan duka yang saya alami, tapi itu resiko dari pekerjaan saya sebagai guru SD," katanya.

    Yanto menjelaskan, “Biasanya yang mengajar hanya satu hingga tiga orang guru, termasuk Hermanus Tananar, guru yang menderita hernia dan kaki gajah itu.

    "Dalam mengajar, hanya saya, Pak Hermanus dan dibantu Pak Edi, guru lainnya tidak masuk. Kami biasanya hanya membagi dua kelompok murid yang totalnya berjumlah 68 orang dari kelas 1 hingga kelas 6 untuk belajar, meski itu kurang efektif,"Pungkasnya.

(RIC).    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dana Otsus Jadi Sumber Pembiayaan Utama APBD Provinsi Papua! Sementara Sumber PAD Dibawah Rata-rata Nasional

Jayapura |Selama periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2020, dana Otonomi Khusus (Otsus) telah menjadi sumber pembiayaan utama dalam APBD P...