Jayapura (SP)- Tak ada banyak
kata yang terlontar dari mulut dua orang WNI yang disandera
oleh Orang Tak di Kenal alis OTK, pada 9 September 2015 lalu. Namun kedua WNI
itu yakni, Dirman dan Badar hanya dapat mengungkapkan rara syukur dan
bersyukur bisa bebas dari sekapan kelompok bersenjata itu.
Sekedar diketahui kedua
WNI itu berhasil bebas, Jumat (18/09/2015), setelah terjadi negosiasi antara
Army PNG dan pihak penyandera untuk kebebasan keduanya.
Demikian curhatan dua
WNI itu, kepada Wartawan saat mengujungi mereka di RS.Bhayangkara Polda Papua,
Kotaraja, Kota Jayapura, Sabtu (19/09/2015).
Disingung terkait awal
penangkapan, penyekapan hingga berhasil bebas, keduanya menuturkan, “Saat itu Rabu
pagi sekitar jam tujuh, kami sedang bekerja dilokasi. Jarak kami dengan Kuba
(rekan kami) tidak begitu jauh sekitar sepuluh meter. Sesaat kemudian datang
tiga orang dengan membawa senjata api laras panjang. Lansung menyergap dan
menangkap kami. Mareka berjumlah tujuh orang.
Tiga orang kelompok
bersenjata menjaga kami berdua, empat kelompok bersenjata lainnya berjalan
menuju ke arah Kuba (teman kami) yang sedang menyensor kayu.
Tidak berselang lama,
kami mendengar letusan senjata berulang-ulang. Lalu kami dipaksa, oleh tiga kelompok
bersenjata berjalan kedalam hutan. Kami tidak tau nasib teman kami Kuba itu. “ujar
keduanya dengan wajah sedih”.
“Dalam perjalanan, kami dibolehkan melakukan
komunikasi atau berbicara. Namun ketika kami ingin berbicara, dijinkan untuk
mengunakan bahasa Indonesia, karena diluar dari bahasa itu lansung ditegur. Lantas mau ditembak dengan
senjata yang dipegang mereka. Namun selama perjalanan, kami mendengar mereka
berbicara dengan mengunakan bahasa asing, seperti bahasa PNG Fiji. “Lanjutnya”.
Setelah menempuh perjalanan
di dalam hutan, melewati bukit dan gunung, kami pun tiba disalah satu kampung
di wilayah PNG. Dengan waktu perjalanan panjang sebelas jam, dalam posisi dua tangan
diikat ke-belakang mengunakan tali hutan. “jelas keduanya dengan kesal”.
Kami berdua disekap,
tidak dalam satu tempat, namun sering berpindah sekitar tiga kali. Suatu waktu
kami berdua sempat melarikan diri, saat berada di gunung Victoria, Skouwtiau,
Distrik Bewani, Provinsi Sandaun, PNG. Namun sayang gagal, kami berdua kembali
tertangkap lagi, karena tidak dapat melewati tebing yang curamnya 30 meter. “ujar
keduanya lagi degan nada sedih”.
Disingung terkait
selama disekap, ada mendapat intimidasi berupa fisik, melihat senjata mereka berapa banyak dan
meraka dari kelompok mana, keduanya menuturkan, “Kami berdua dijaga ketat, kami
disuruh merayap ditanah, disuruh mengucapkan Papua Merdeka, ditendang, dipopor
dengan sejata ke seluruh tubuh. Dan senjata mereka ada 6 pucuk, serta panah dan
parang. Namun mereka tidak menyebutkan kelompok mereka.
Selama
dalam sekapan kelompok bersenjata, Badar dan Dirman hanya diberikan makanan ubi
jalar (Petatas) yang direbus atau yang dibakar. Pungkasnya.
(RIC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar