![]() |
Ketua IJN Papua-Papua Barat, Roberth IVanwy.Icahd/foto).
|
Jayapura
(SP)- Jurnalis Papua yang tergabung dalam Indonesia Journalist Network (IJN) atau
jaringan jurnalis Indonesia Papua-Papua Barat. Mengelar seminar sehari yang
direncanakan pada, Selasa 06 September 2015.
Seminar
ini untuk menyikapi keterbukaan bagi jurnalis asing untuk melakukan aktifitas
liputan di Papua.
Demikian
disampaikan oleh Ketua IJN Papua-Papua Barat, Roberth Isidorus Vanwy Subiyat,
Minggu (04/10/2015) di Abepura.
Ketua IJN Papua-Papua Barat, Roberth Isidorus
Vanwy Subiyat, kepada wartawan menuturkan, “Seminar yang kami gelar ini, mengingat
pada 10 Mei 2015 di Kota Rusa, Merauke. Presiden RI Joko Widodo telah
mengisinkan atau secara resmi membuka akses bagi jurnalis dari Negara mana pun.
Untuk datang dan meliput di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Papua dan
Papua Barat. Dan keputusan itu harus dijalankan.
Setelah
keputusan Presiden RI Joko Widodo itu, membuat berdepatan dikalangan luas
tentang nilai negativ dan nilai positif dari jurnalis asing ketika meliput di Papua.
“kata Vanwy.
Vanwy
mencotohkan, “Seperti pendapat dari analis intelejen Indonesia, Ridwan Habid
yang mengatakan, “Bahwa pemberian ruang bagi pers asing untuk meliput di Papua
merupakan hal positif.
Namun
dengan membiarkan media asing bebas meliput di Papua. Tentunya punya tantangan
tersindiri. Baik berupa tuntutan perluasan otonomi khusus oleh aktivis local,
maupun kelompok separatis yang menghendaki Papua merdeka.
Selain
itu Anggota Komisi 1 DPR RI, Rachel Maryam Sayidina mengatakan, “Pemerintah
agar memperkuat kontra intelijen di Papua, guna mengantisipasi dibukanya keran
bagi pers asing untuk mengases Papua secara lansung.
Keterbukaan pers asing di Papua sebenarnya
akan memberikan tambahan citra positif. Karena banyak kemajuan pembangunan yang
sudah dicapai. Hanya, risiko pemberitaan negativ pers asing tentang kebijakan
pemerintah di Papua, justru berpotensi memicu persoalan baru.
Dari
semua perdebatan dan pendapat itu, membuat kami selaku pekerja pers di Papua,
merasa terpangil untuk membuat seminar keterbukaan Papua bagi jurnalis asing. Untuk
memberikan pemahaman bersama di kalangan jurnalis maupun stekholder lainnya
yang berkaitan dengan isu Papua mengenai batasan, ketrebukaan, serta
rambu-rambu yang perlu diketahui.
Sehingga
implementasi dari “keterbukaan” yang tersirat maupun tersurat dalam peryataan Presiden
Jokowi dapat berkontribusi positiv bagi kedamaian, keadilan dan kesejahteraan
masyarakat Papua.Pungkasnya.
(RIC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar